Alasan Kenapa Negara Tidak Mencetak Uang Banyak Untuk Menghapus Kemiskinan Di Dunia

Hasil dari penelitian yang telah Bank Dunia tahun 2015 dan 2016, sekitar kurang lebih 150 juta jiwa penduduk Indonesia hanya memiliki penghasilan Rp 330 ribu per bulan. Apakah pernah terlintas di pikiran kita, kenapa sih negara kita tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya saja untuk memberantas kemiskinan? Dan kenapa hal itu tidak pernah dilakukan? Ternyata ada alasan kuat dibalik itu, untuk mengetahui lebih lanjut mari kita lihat dibawah ini
kita tidak bisa sembarangan mencetak uang sebanyak-banyaknya karena itu bisa mengakibatkan kenaikan harga barang dan penurunan nilai uang itu sendiri, atau biasa disebut sebagai inflasi. Di dalam sebuah pasar banyaknya jumalah uang yang beredar dan jumlah barang yang dibutuhkan haruslah seimbang. Apabila pemerintah mencetak terlalu banyak uang, maka kita akan memiliki lebih banyak uang dan tentunya akan membuat kemampuan membeli semakin tinggi akibatnya jumlah barang yang kita ingin beli berkurang dan harganya pun ikut menyesuaikan. itu tidak akan mengubah apapun kecuali menurunkan nilai uang itu sendiri sehingga semakin lama, nilainya semakin tidak berharga karena jumlahnya yang terlalu banyak. Berikut dampak yang akan terjadi apa bila hal itu dilakukan
Negara Akan Mengalami Kekacauan Ekonomi Akibat Dari Inflansi
Banyak negara pernah terkena inflasi yang parah akibat terlalu banyak mencetak uang, salah satunya adalah negara Jerman setelah kalah pada perang dunia pertama. Mereka harus membayar kerugian perang. Saking tidak berharganya uang di sana, sampai-sampai di gunakan untuk mainan, menyalakan apai kompor, sampai pada hiasan dinding di rumah. Selain itu negara Zimbabwe juga pernah mengalami inflasi yang sangat tinggi. Saking parahnya, harga sebuah telur bisa mencapai milliaran dolar Zimbabwe. Hungaria juga pernah mengalami hal yang sama setelah perang dunia kedua, di mana negara tersebut pernah memiliki uang kertas bernilai satu miliar triliun, hal itu menjadikan inflasi sangat sepanjang sejarah dunia.

Komentar